Senin, 05 Desember 2016

Teman Pertama Di Hidupku



Teman Pertama Di Hidupku


Dengan berjalan menunduk menyusuri trotoar kelas dan bertemu dengan teman yang sedang  yang tak salah lagi sedang membicarakanku, aku tidak peduli aku tetap melanjutkan langkahku berjalan. Sampai suatu saat ada benda yang mengenai kepalaku, benda itu terjatuh di bawah tepatnya dihadapan kakiku dan ternyata itu hanya botol air mineral yang tak berisi. Aku memungut botol itu dan memasukannya kedalam ember sampah yang berada disampingku. Saat hendak memasukkan botol itu semua anak melempariku dengan tepung dan juga telur,  aku hanya terdiam dan menunduk pasrah menerima perlakuan mereka.

Semua anak menghampiriku dan salah satu dari mereka mendorong tubuhku hingga aku terjatuh ke lantai, samapai dia berbicara "bangunlah ayo bangun anak miskin!" ucapan dari seorang murid pria yang mendorongku tadi.
Aku hanya bisa menangis dan menunduk, semua anak memukuliku hingga seluruh wajahku memar.
Tak berselang lama tiba-tiba datang seseorang yang tak lain itu adalah Ibu yanti,  guru wali kelasku.
"Hentikan semuanya!" teriak Ibu Yanti.

Sesaat semua murid yang mengelilingiku terkejut dan spontan berlari berhamburan memasuki ruangan kelasnya masing-masing.
Ibu Yanti secepat mungkin mendekatiku dan membantuku berdiridan Ibu Yanti pun berkata  "Kamu tidak apa-apa rizki?" tanya Ibu Yanti dengan lembut
"Tidak bu, saya baik-baik saja" jawab saya sambil menunduk
"Lebih baik kamu obati dulu lukamu, dan ibu akan meminta seragam baru untukmu" tutur Ibu Yanti
"Tidak bu tidak usah, saya baik-baik saja, terima kasih" kataku
"Baiklah, kamu akan diijinkan pulang sekarang, ibu yang akan bertanggung jawab"

Oh sungguh ini tak begitu buruk untukku, akhirnya aku bisa pulang lebih cepat juga mimpi apa aku semalam sampai bisa beruntung seperti ini.

Aku mengangkat wajahku kulihat disebelah ibu yanti berdiri seorang anak perempuan berpakaian seragam dan tersenyum padaku, jelas saja dia bukan siswa sekolah ini aku pun baru melihatnya.
Ibu Yanti berkata jika ia akan memasuki ruangan kelasku untuk mengenalkan murid baru, aku berjalan mengikuti ibu Yanti tepatnya dibelakang murid perempuan baru itu.

Sesampainya diruang kelas aku segera menuju tempat dudukku dan mengambil tas milikku, semua anak memandangku sinis meski aku tidak melihatnya langsung karena aku menundukan kepalaku ketika berjalan tapi aku bisa merasakannya.

Pagi yang begitu cerah, membuat bahagia siapapun orangnya yang melihat keindahannya, angin pagi berhembus kencang menerpa tubuhku. Langkah demi langkah aku lalui hingga sampailah kedepan gerbang sekolahku.

Aku memasuki ruang kelasku, terlihat disana beberapa orang anak memandangku dengan sinis bahkan ketika aku melewati mereka, mereka menghalang jalanku dan mendorong tubuhku hingga terjatuh, hanya tawa kesenangan yang mereka dapatkan.
Tiba-tiba seseorang mengulurkan tangannya padaku, aku secepat mungkin memastikan orang itu, ternyata itu adalah murid baru yang kemarin aku bertemu dengannya.
"ayolah bangun" ucapan perempuan itu yang akupun tak mengenalnya.

Sontak semua anak merasa heran dan bingung,
"Rima apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang murid laki-laki padanya
tapi dia tak menghiraukannya

Aku tak menerima uluran tangan miliknya, aku berfikir dia pun pasti sama seperti anak-anak lain, akhirnya aku pergi berlari keluar kelas.

Aku duduk dibawah pohon ditaman, aku tak peduli bel pelajaran sekolah dimulai. Hatiku hancur kenapa juga aku harus dilahirkan oleh sepasang keluarga penjual susu kaleng keliling? Kenapa aku tidak seperti mereka? tuhan tak adil!.

Sampai sekolah sepi ditinggalkan oleh penghuninya, aku masih tetap berada dibawah pohon itu terduduk dengan kaki menegak menompang tangan dan daguku pandanganku sayu kedepan.

Tiba-tiba seseorang memegang pundakku, aku menoleh
"kamu" ucapku
"yah ini aku, apa aku boleh duduk disampingmu ?" tanya perempuan itu
"Untuk apa kamu kemari ? apa kamu pun ingin melihat seberapa menyedihkannya aku ?" Tanyaku dingin
"Tidak! aku kemari ingin berkenalan denganmu" jawab perempuan itu
"Lebih baik kamu pergi saja, bukankah teman-teman kayamu juga sudah pergi meninggalkan sekolah ini?" tanyaku lagi jutek
"Biarlah, tapi aku ingin bersamamu" jawab nya

aku memandangnya muak secepat mungkin aku pergi meninggalkannya tapi ia mengejarku.
"Aku ingin menjadi temanmu, tak bisa kah kamu terima aku menjadi temanmu?" tanya perempuan itu mengikuti dibelakangku.
Aku tak memperdulikannya, aku berlari berusaha menghindar darinya tapi ia tetap mengejarku.

Keesokan harinya anak perempuan murid baru itu tetap mengikutiku kemanapun aku pergi, dan anehnya pagi itu tak ada ejekan yang terlontar dari mulut semua murid disini tidak seperti biasanya, "Aku yang mengencam mereka untuk tidak memperlakukanmu dengan buruk!" tuturnya padaku ketika aku sedang terduduk sendiri dibangku ruang kelas "Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti dengan perkataanya
"Aku ingin menjadi temanmu, apa kamu benar-benar membenciku ? aku hanya ingin menjadi temanmu tak lebih!"

"kenapa harus aku?" tanyaku "Dan asal kamu tau aku tidak butuh siapapun disekolah ini termasuk seorang teman!" lanjutku tegas

"Tapi kenapa?" tanyanya
"Apa kau tak mengerti atau memang pura-pura tidak mengerti?" semua orang orang disini tak ada yang baik satu pun! apa itu yang selalu dilakukan oleh orang-orang kaya terhadap orang miskin sepertiku?" tanyaku dengan kedua bolamataku menatapnya
"Tidak semua orang seperti itu" jawabnya
"Tidak?" tanyaku " Apa ada didunia ini orang yang memihak kepada orang miskin sepertiku ?"lanjutku menangis
"Ada!" jawabnya "Akulah orangnya, aku berada dipihakmu. Tak peduli siapa kamu dan siapa aku, yang jelas aku ingin berteman denganmu" Lanjutnya

Aku sejenak terdiam memandang matanya.
"apa kamu tidak malu jika berteman denganku?" Tanyaku masih memandang matanya
"Malu? apa maksudmu?" tak peduli siapa kamu dan siapa aku bagiku itu tak penting bukankah berteman dengan siapapun bisa tanpa harus memandang derajat orang tersebut?" jelasnya

Aku tersenyu padanya, ia pun membalas senyumanku dengan manis.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar