Home »
» Teman Pertama Di Hidupku
04.08
Dengan berjalan menunduk menyusuri
trotoar kelas dan bertemu dengan teman yang sedang yang tak salah lagi sedang membicarakanku, aku
tidak peduli aku tetap melanjutkan langkahku berjalan. Sampai suatu saat ada benda yang mengenai
kepalaku, benda itu terjatuh di bawah tepatnya dihadapan kakiku dan ternyata itu hanya botol air mineral yang tak berisi. Aku memungut botol itu dan memasukannya kedalam ember sampah
yang berada disampingku. Saat hendak memasukkan botol itu semua anak melempariku
dengan tepung dan juga telur, aku hanya terdiam dan menunduk pasrah menerima
perlakuan mereka.
Semua anak menghampiriku dan salah satu dari mereka mendorong tubuhku hingga aku terjatuh
ke lantai, samapai dia
berbicara "bangunlah ayo
bangun anak miskin!" ucapan dari seorang murid
pria yang mendorongku tadi.
Aku hanya bisa menangis dan menunduk, semua
anak memukuliku hingga seluruh wajahku memar.
Tak berselang lama tiba-tiba datang seseorang yang
tak lain itu adalah Ibu yanti, guru wali kelasku.
"Hentikan semuanya!" teriak Ibu Yanti.
Sesaat semua murid yang mengelilingiku terkejut dan spontan berlari berhamburan
memasuki ruangan kelasnya masing-masing.
Ibu Yanti secepat mungkin mendekatiku dan membantuku berdiridan Ibu Yanti
pun berkata "Kamu tidak apa-apa rizki?"
tanya Ibu Yanti
dengan lembut
"Tidak bu, saya baik-baik saja" jawab saya sambil menunduk
"Lebih baik kamu obati dulu lukamu, dan ibu akan
meminta seragam baru untukmu" tutur Ibu Yanti
"Tidak bu tidak usah, saya baik-baik
saja, terima kasih" kataku
"Baiklah, kamu akan diijinkan pulang sekarang, ibu yang akan bertanggung
jawab"
Oh sungguh ini tak begitu buruk untukku, akhirnya aku bisa pulang lebih cepat
juga mimpi apa aku semalam sampai bisa beruntung seperti ini.
Aku mengangkat wajahku kulihat disebelah ibu yanti
berdiri seorang anak perempuan berpakaian seragam dan tersenyum
padaku, jelas saja dia bukan siswa sekolah ini aku pun baru melihatnya.
Ibu Yanti berkata jika ia akan memasuki ruangan kelasku untuk
mengenalkan murid baru, aku berjalan mengikuti ibu Yanti tepatnya
dibelakang murid perempuan baru itu.
Sesampainya diruang kelas aku segera menuju tempat dudukku dan mengambil tas
milikku, semua anak memandangku sinis meski aku tidak melihatnya langsung karena aku menundukan kepalaku ketika berjalan tapi aku bisa
merasakannya.
Pagi yang begitu cerah, membuat bahagia siapapun orangnya
yang melihat keindahannya, angin pagi berhembus kencang menerpa
tubuhku. Langkah demi langkah aku lalui hingga
sampailah kedepan gerbang sekolahku.
Aku memasuki ruang kelasku, terlihat disana beberapa orang anak memandangku
dengan sinis bahkan ketika aku melewati mereka, mereka
menghalang jalanku dan mendorong tubuhku hingga terjatuh, hanya
tawa kesenangan yang mereka dapatkan.
Tiba-tiba seseorang mengulurkan tangannya padaku, aku secepat mungkin
memastikan orang itu, ternyata itu adalah murid baru yang kemarin aku bertemu
dengannya.
"ayolah bangun" ucapan perempuan itu yang akupun tak mengenalnya.
Sontak semua anak merasa heran dan bingung,
"Rima apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang murid
laki-laki padanya
tapi dia tak menghiraukannya
Aku tak menerima uluran tangan miliknya, aku berfikir dia pun pasti sama
seperti anak-anak lain, akhirnya aku pergi berlari keluar kelas.
Aku duduk dibawah pohon ditaman, aku tak peduli bel pelajaran sekolah
dimulai. Hatiku hancur kenapa juga aku harus dilahirkan oleh sepasang keluarga
penjual susu kaleng keliling? Kenapa aku tidak seperti mereka?
tuhan tak adil!.
Sampai sekolah sepi ditinggalkan oleh penghuninya, aku masih tetap berada
dibawah pohon itu terduduk dengan kaki menegak menompang tangan dan daguku
pandanganku sayu kedepan.
Tiba-tiba seseorang memegang pundakku, aku menoleh
"kamu" ucapku
"yah ini aku, apa aku boleh duduk disampingmu ?" tanya perempuan itu
"Untuk apa kamu kemari ? apa kamu pun ingin melihat seberapa menyedihkannya aku ?"
Tanyaku dingin
"Tidak! aku kemari ingin berkenalan denganmu" jawab perempuan itu
"Lebih baik kamu pergi saja, bukankah teman-teman
kayamu juga sudah pergi meninggalkan sekolah ini?" tanyaku lagi jutek
"Biarlah, tapi aku ingin bersamamu" jawab nya
aku memandangnya muak secepat mungkin aku pergi meninggalkannya tapi ia
mengejarku.
"Aku ingin menjadi temanmu, tak bisa kah kamu
terima aku menjadi temanmu?" tanya perempuan itu
mengikuti dibelakangku.
Aku tak memperdulikannya, aku berlari berusaha menghindar
darinya tapi ia tetap mengejarku.
Keesokan harinya anak perempuan murid baru itu tetap mengikutiku
kemanapun aku pergi, dan anehnya pagi itu tak ada ejekan yang terlontar dari
mulut semua murid disini tidak seperti biasanya, "Aku yang mengencam
mereka untuk tidak memperlakukanmu dengan buruk!" tuturnya padaku ketika
aku sedang terduduk sendiri dibangku ruang kelas "Apa
maksudmu?" tanyaku tak mengerti dengan perkataanya
"Aku ingin menjadi temanmu, apa kamu
benar-benar membenciku ? aku hanya ingin menjadi temanmu tak lebih!"
"kenapa harus aku?" tanyaku "Dan asal kamu
tau aku tidak butuh siapapun disekolah ini termasuk seorang teman!"
lanjutku tegas
"Tapi kenapa?" tanyanya
"Apa kau tak mengerti atau memang pura-pura tidak mengerti?" semua
orang orang disini tak ada yang baik satu pun! apa itu yang selalu dilakukan
oleh orang-orang kaya terhadap orang miskin sepertiku?" tanyaku dengan
kedua bolamataku menatapnya
"Tidak semua orang seperti itu" jawabnya
"Tidak?" tanyaku " Apa ada didunia ini orang yang memihak kepada
orang miskin sepertiku ?"lanjutku menangis
"Ada!" jawabnya "Akulah orangnya, aku berada dipihakmu. Tak peduli
siapa kamu dan siapa aku, yang jelas aku ingin berteman
denganmu" Lanjutnya
Aku sejenak terdiam memandang matanya.
"apa kamu tidak malu jika berteman denganku?" Tanyaku masih
memandang matanya
"Malu? apa maksudmu?" tak peduli siapa kamu dan siapa aku bagiku itu
tak penting bukankah berteman dengan siapapun bisa tanpa harus memandang
derajat orang tersebut?" jelasnya
Aku tersenyu padanya, ia pun membalas senyumanku dengan manis.
0 komentar:
Posting Komentar